Dalil upacara tujuh hari mengenang kematian
Senin, 31 Agustus 2020
Tulis Komentar
Assalamu'alaikum wr wb
Langsung saja:
Sebagian tradisi warga Nahdliyin: seperti sedekah pada mayit yang dikemas dengan tahlilan dituding sebagai Bid'ah oleh kelompok yang kontra, dengan alasan menambah kesusahan atau beban pada shohibul musibah.
Pertanyaan:
Adakah dalil yang menjelaskan sedekah tersebut???
Jawaban:
Menyelenggarakan ritual upacara kematian seperti 7 hari kematian mayit, 40 hari, 100 hari, haul dan lain sebagainya, jika kita amati tujuan dan makna upacara tersebut tidak lain untuk shodaqoh dan mendoakan mayit, berarti intinya Untuk meringankan si mayit.
Dengan demikian tradisi di atas tergolong hal-hal yang dianjurkan oleh syara' dan sebagai bukti bahwa tradisi di atas bukan mengada-ngada, artinya memang betul-betul ada dasarnya, sebagaimana yang dikatakan Imam as-suyuthi ada sebagian riwayat dari Imam thawus.
Terkait hal ini sebagai berikut:
قال الطاوس إن الموتى يفتنون في قبورهم سبعا فكانوا يستحبون أن يطعموا عنهم تلك الأيام؛ أخرجه أحمد و أبو نعيم
Imam thawus berkata: seseorang yang meninggal akan mendapat ujian dari Allah dalam kuburnya selama 7 hari, Oleh karena itu seyogyanya bagi mereka yang masih hidup memberikan suatu jamuan atau shodaqoh bagi yang mati selama hari ujian tersebut. (H.R Ahmad dan Abu Naim)
Atsar yang diriwayatkan Imam thawus hukumnya sama dengan hadits marfu, Mursal, dan sanadnya sampai pada tabi'in, sehingga menurut Imam Hanafi Hambali dan Imam Maliki riwayat Imam Thawus tersebut dapat dijadikan sebagai pijakan secara mutlak, sedangkan Imam Syafi'i mengatakan bahwa untuk menjadikan hujjah riwayat Imam thawus diatas harus ada dalil pendukung, seperti ditemukan hadis lain yang Senada, atau ketetapan pada sahabat (konsensus). Namun bentuk kehati-hatian Imam Syafi'i itu sudah terjawab, sebab ada hadits lain yang Senada dengan Atsar Imam thawus yang diriwayatkan oleh Mujahid dan Ubaid Bin Umair.
Berikut hadisnya:
عن عبيد بن عمير قال يفتن رجلان مؤمن و منافق فأما المؤمن فيفتن سبعا و أما المنافق فيفتن أربعين صباحا
Artinya:
Dari ubaid bin Umair: dia berkata:
orang yang meninggal dunia akan mengalami ujian dalam kuburannya baik itu orang mukmin atau munafik Adapun orang mukmin ujiannya selama 7 hari sedangkan orang munafik ujiannya selama 40 hari di waktu pagi.
Kendatipun demikian, ahli hadits dan pakar usul belum mencapai kata sepakat menyikapi status riwayat Imam thawus.
Ada yang mengklaim bahwa riwayat itu termasuk hadits marfu, artinya upacara sebagaimana yang digambarkan dalam riwayat Imam thawus telah ada semenjak masa Nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam, dan beliau menyetujuinya. Sedangkan pendapat yang lain mengatakan bahwa riwayat Imam thawus sanadnya hanya pada sahabat, tidak sampai Kepada beliau Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam, dari pendapat yang kedua ini juga memunculkan sebuah polemik tersendiri di kalangan mereka, sehingga terdapat beberapa kemungkinan menyikapi riwayat Imam thawus tersebut. di diantara cara mereka ada yang mengatakan bahwa hal itu pernah dilakukan oleh semua sahabat.
ada juga yang berpendapat hanya sebagian sahabat saja yang melakukannya.
dan pendapat yang kedua ini yang menjadi pilihan Imam AN-NAWAWI.
Maka dari itu masalah Sedekah Yang dikemas dengan tahlilan tidak berlebihan, seandainya kita katakan bagian yang dapat meringankan si mayit. sebab bacaan tahlil dan yang terjadi di masyarakat NU itu di ambil dari ayat-ayat Alquran dan hadis Nabi Shallallahu alaihi wasallam yang tujuan bacaan tersebut pahalanya dihadiahkan kepada si mayit.
Hal ini sesuai dengan sabda Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam:
من أعان على ميت بقراءة وذكر إستوجب الله له الجنة؛ رواه الدارمي والنسائي عن إبن عباس
Artinya:
Barang siapa menolong mayit dengan membacakan ayat-ayat Alquran dan zikir maka Allah akan memastikan surga baginya HR dari mie dan Nasa'i dari Ibnu Abbas
Juga diceritakan dari Abu ar-robi', dikala beliau menghadiri sebuah perkumpulan, beliau berserta para jamaahnya membaca kalimat لااله الا الله sebanyak 70000 kali dan setelah selesai para jamaah diberi hidangan makanan.
pada saat itu ada seorang pemuda yang hendak mengambil makanan, namun tidak jadi memakan nya, ia menangis sehingga para jamaah bertanya pada dia.
Kenapa kamu menangis?
Lalu seorang pemuda itu menjawab:
Aku melihat neraka, dan ibuku ada disana!
kemudian Abu ar-robi' yang berada di antara perkumpulan juga mendengarnya, kemudian dalam hatinya beliau berdoa: Ya Allah Sesungguhnya engkau maha tahu bahwa aku telah membaca tahlil sebanyak 70000 kali dan akan aku jadikan tahlil tersebut sebagai penebus dosa Ibu pemuda yang ada di neraka itu.
Jelang beberapa saat kemudian pemuda itu berhenti dari tangisannya dan memberikan kabar bahwa dia melihat ibunya telah keluar dari neraka, lalu dia makan bersama para jamaah.
Dari uraian yang sangat sederhana ini, sebenarnya sudah dapat dimengerti bahwa tradisi yang dilakukan oleh orang-orang NU tidak mengada-ngada, dan telah dikenal di masa awal Islam
Referensi:
والله أعلم بالصواب
Belum ada Komentar untuk "Dalil upacara tujuh hari mengenang kematian"
Posting Komentar